Merawat Tradisi Udik-udikan di Pekalongan Ditengah Arus Modernisasi Zaman

 


Penulis :  Mila Rosalia Anggraeni
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan 
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Pekalongan Media.com - Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki kebudayaan dan tradisinya masing masing, begitu juga dengan Jawa Tengah. Jawa Tengah dikenal dengan banyak kebudayaan dan tradisi yang dimilikinya, bahkan masih dilestarikan sampai saat ini oleh masyarakat setempat. 

Tradisi merupakan sebuah bentuk kegiatan positif yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama karna dinilai bermanfaat sehingga masyarakat pun melestarikannya hingga turun temurun. Salah satu contoh dari tradisi di Jawa Tengah khususnya daerah Pekalongan adalah Udik-udikan atau bisa disebut tradisi menebar uang kepada warga sekitar.

Udik - Udikan adalah kegiatan menyebarkan uang koin ataupun uang receh kepada tetangga maupun masyarakat sekitar. Tujuannya bukan untuk menyombongkan diri, tetapi ini merupakan kegiatan untuk berbagi rezeki tetapi melalui cara yang menyenangkan. Tradisi ini banyak dilakukan oleh orang yang sedang memiliki hajat ataupun keinginan tertentu. Misalnya ingin membangun rumah, membeli motor, menikah, sunat, selametan bayi dan lain lain. 

Biasanya warga yang akan melakukan udik-udikan ini secara mendadak serta pengumumannya pun menyebar dari mulut ke mulut.Selain uang receh, udik Udikan juga bisa berupa kertas yang kemudian didalamnya berisi tulisan doorprize ataupun hadiah. 

Sebelum udik- udikan tersebut dimulai, biasanya warga sudah berkumpul didepan rumah orang yg memiliki hajat. Peserta udik Udikan sendiri merupakan warga sekitar yang terdiri dari remaja,anak anak, ibu ibu , hingga orang tua . Ya, semua kalangan sangat menyukai acara udik Udikan ini tujuan utamanya karena kepengen uang yang dibagikan secara cuma-cuma.

Pemilik hajat sebelumnya akan berdoa terlebih dahulu. Kemudian Udik Udikan mulai disebar ketika telah terdengar kata "Alhamdulillahi robbil alamin" warga pun berdesak desakan memperebutkan uang yg telah disebar tersebut. 


Kehadiran para tamu yang tidak dikenal pun sangat diperbolehkan untuk ikut serta mengambil uang yang berserakan ditanah. Uang yang disebar oleh pemilik hajat pun bermacam macam, contohnya uang Rp.100, Rp. 200, Rp. 500 dan Rp. 1000.  Adapula yg berisi kertas bertuliskan hadiah doorprize.Penerima gulungan kertas itu bisa menukarkannya dengan hadiah yang sesuai tulisan di dalamnya. Selain itu, ada juga warga yang melepas ayam untuk diperebutkan dalam acara tersebut. 

Setelah udik Udikan selesai, biasanya pemilik hajat akan membagikan nasi bancaan. Nasi bancaan adalah semacam nasi selametan yg bungkusannya terbuat dari daun pisang yang dibentuk seperti mangkok. Isi dari nasi bancaan yaitu nasi putih, ikan asin, kluban, megono, tempe, telur dan kacang.

Tujuan dari budaya udik – udikan itu sendiri adalah sebagai rasa syukurkepada Allah SWT atas rejeki yang sudah diberikan dan hajat yang sudah dilancarkan serta disukseskan. Makna lainya ialah sebagai wujud berbagi dan bersedakah kepada sesama, khususnya kepada tetangga dekat. 

Namun sayangnya, budaya udik Udikan kini makin jarang ditemui di Pekalongan. Mungkin saja ini dikarenakan modernisasi zaman, egosentris, dan keengganan seseorang mengeluarkan uang
untuk berbagi. Oleh karena itu peran pemuda dalam melestarikan budaya udikUdikan ini sangat diperlukan. Agar generasi generasi setelah kita masih mengetahui apa itu udik Udikan dan sego bancaan. Dan supaya budaya udik - udikan tidak punah ditelan zaman.

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke Pekalongan Media.com, kantor berita Pekalongan. Silahkan tinggalkan komentar anda terkait artikel maupun berita yang baru saja dibaca. Redaksi kami menerima kiriman berita, artikel atau informasi lainnya. Silahkan hubungi kontak kami

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

iklan pekalongan media