Animo Generasi Muda terhadap Batik Tinggi, Tapi Minim Pemahaman Filosofi

Animo Generasi Muda terhadap Batik Tinggi

Pekalongan Media – Batik, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia, kini semakin diminati oleh generasi muda. Tak lagi dianggap kuno atau hanya cocok untuk acara formal, batik kini tampil dalam berbagai bentuk yang lebih modern dan relevan dengan gaya hidup Gen Z dan milenial.

Survei dan laporan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa sekitar 81 persen remaja lebih tertarik menggunakan batik dengan desain modern, seperti kemeja kasual, outerwear, hingga hoodie bergaya streetwear. Bahkan, sekitar 65 persen generasi muda Indonesia mengaku mengenakan batik sebagai bagian dari gaya sehari-hari.

📊 Data & Survei: Kenapa Gen Z & Milenial makin cinta batik?

  • Survei oleh Vincentia Deavy Pamvelia Soeganda mencatat 81 % remaja lebih tertarik batik dengan model yang modern dibanding versi tradisional hanya untuk formal saja 
  • Laporan dari GoodStats (April 2025) menjelaskan bahwa milenial dan Gen Z sekarang melihat batik sebagai simbol identitas budaya sekaligus fashion modern, bukan sekadar pakaian formal 
  • LumbungData menyebut batik kini hadir dalam bentuk streetwear—seperti hoodie, crop top, outerwear—yang lebih relevan dengan gaya hidup anak muda modern 

Tren ini juga diperkuat oleh popularitas kampanye di media sosial seperti #BerkainBersama, yang berhasil mengajak ribuan anak muda untuk tampil dengan kain batik dalam berbagai gaya kekinian.

Namun, di balik tingginya minat tersebut, ada satu catatan penting: pemahaman terhadap makna dan filosofi batik masih sangat minim.

📉 Seberapa Banyak yang Memahami Filosofi Batik?

Sayangnya, tidak banyak studi atau survei kuantitatif yang secara spesifik menanyakan persentase Gen Z atau milenial yang paham filosofi batik. Namun, riset dan sumber mungkinkan memberikan gambaran kualitatif:

🔍 Fakta dari berbagai sumber:

  • Sebagian besar anak muda memakai batik karena tampilannya keren atau karena tren fashion, bukan karena memahami makna filosofisnya 
  • Berdasarkan liputan JIBB dan pernyataan pihak daerah Yogyakarta, pemahaman filosofi batik di kalangan kaum muda sering masih kurang — mereka memakai batik dan bangga, tapi belum banyak yang tahu makna simbolis tiap motif.
  • Ensiklopedia kamar batik menekankan bahwa tanpa edukasi storytelling, batik cuma dilihat sebagai kain bermotif, makna filosofinya jarang ditangkap generasi muda 

“Banyak anak muda mengenakan batik karena keren atau tren, bukan karena tahu makna di balik motifnya,” 

Perlu Kolaborasi Antar Generasi

Beberapa pelaku industri kreatif kini mulai merancang pendekatan baru, seperti:

  • Menggabungkan motif batik dengan desain modern (hoodie, streetwear, sneakers)
  • Menambahkan label atau QR code di produk yang memuat cerita tentang filosofi motif
  • Membuat konten edukatif di TikTok dan Instagram

Dengan pendekatan yang kolaboratif, batik tidak hanya akan menjadi tren, tetapi juga tetap memiliki akar budaya yang kuat.

“Kalau kita ingin batik tetap hidup, maka harus dibuat relevan tanpa kehilangan maknanya,” 

Minat memakai batik di kalangan generasi muda sangat tinggi, dengan sekitar 65 % mengenakannya sebagai bagian gaya sehari-hari, dan hingga 81 % memilih desain modern. Namun, pemahaman akan filosofi batik—seperti asal, simbol warna, dan makna motif—masih sangat terbatas.

Artinya: batik tetap hidup, tapi pendekatan storytelling budaya harus diintegrasikan untuk menciptakan apresiasi yang lebih mendalam di antara Gen Z dan milenial.

Penulis : Sigit Bram - Editor : Pratiwi

 

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke Pekalongan Media.com, kantor berita Pekalongan. Silahkan tinggalkan komentar anda terkait artikel maupun berita yang baru saja dibaca. Redaksi kami menerima kiriman berita, artikel atau informasi lainnya. Silahkan hubungi kontak kami

Iklan Atas Artikel

yamaha

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel