Tradisi Bubur Suro Pekalongan: Budaya Sedekah Penuh Cita Rasa
Pekalongan Media - Tiap bulan Muharram, suasana Kampung Krapyak di Pekalongan jadi lebih hangat dan semarak. Bukan karena festival modern atau konser musik, tapi karena sebuah tradisi turun-temurun yang tetap hidup: tradisi Bubur Suro.
Bubur Suro bukan cuma soal makanan, tapi tentang doa, kebersamaan, dan rasa syukur. Di Krapyak, bubur ini jadi simbol pengingat agar masyarakat tetap bersatu, peduli pada sesama, dan menjaga nilai-nilai kebaikan di awal tahun Hijriyah.
Apa Itu Bubur Suro?
Bubur Suro terbuat dari beras putih yang dimasak dengan santan, daun salam, serai, jinten, dan rempah-rempah khas dapur ibu-ibu kampung. Bubur ini biasanya disajikan dengan kacang hijau, telur, irisan timun, dan taburan bawang goreng atau kedelai goreng. Rasanya? Gurih dan hangat, cocok banget dimakan rame-rame.
"Bubur ini sederhana, tapi penuh cinta. Dibuat bersama, dinikmati bersama." – Siska Soewitomo, pakar kuliner tradisional
Festival yang Bikin Kampung Hidup
Di Krapyak, Bubur Suro bukan sekadar dimasak di rumah-rumah. Sejak beberapa tahun terakhir, warga setempat bersama komunitas Jalan Jlamprang dan Pemkot Pekalongan menggelar Festival Bubur Suro yang selalu ditunggu-tunggu.
Pada puncaknya, ribuan porsi bubur dibagikan gratis ke warga dan pengunjung. Ada juga kirab gunungan bubur, pertunjukan hadroh, gamelan, lomba mewarnai, hingga demo masak di panggung utama. Semuanya gratis dan terbuka buat siapa aja.
Gotong Royong Itu Kunci
Yang bikin tradisi ini spesial adalah semangat kebersamaannya. Warga saling bahu-membahu dari pagi sampai malam: ada yang masak, ada yang ngaduk bubur di kawah besar, ada yang membungkus, dan ada juga yang mendistribusikan ke warga dan tamu yang hadir.
Anak-anak, remaja, sampai orang tua semua terlibat. Bahkan, banyak pemuda yang biasanya cuek, jadi ikut bantu-bantu dan kenal tetangganya sendiri.
Dampaknya Nggak Main-Main
- Sosial: Warga makin guyub dan akrab.
- Ekonomi: UMKM ikut kecipratan berkah lewat stan kuliner dan kerajinan.
- Budaya: Generasi muda jadi kenal tradisi lokal dan bangga terhadap warisan leluhur.
Menuju Warisan Budaya Dunia?
Pemkot Pekalongan bersama komunitas berencana mendaftarkan Bubur Suro sebagai Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO. Ini bukan sekadar ambisi, tapi bentuk nyata bahwa tradisi seperti ini harus terus dijaga dan diapresiasi di level dunia.
Penulis: Marwan Hamid
Belum ada Komentar
Posting Komentar